Senin, 20 Februari 2012

FARMASI : Istilah-Istilah Obat

Obat merupakan semua bahan atau obat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyebuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit barikut dengan gejalanya.
Obat sering disebut obat modern ialah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka, atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atan bagian tubuh manusia. Berikut istilah-istilah obat yang berlaku sekarang ini :
a.      Obat tradisional, adalah obat jadi atau obat berbungkus yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, dan atau sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang usaha pengobatan berdasarkan pengalaman. (PerMenkes No.179/Menkes/Per/VII/1976).
b.      Obat jadi, adalah obat yang dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan, salep, tablet, pil, supositoria, atau bentuk lain yang mempunyai teknis sesuai dengan referensi yang lain.
c.        Obat paten, adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat atau dikuasakan dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang membungkusnya.
d.      Obat generik berlogo, adalah obat esensial yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan mutunya terjamin karena diproduksi sesuai dengan persyaratan cara pembuatan obat yang baik dan diuji ulang oleh pusat pemeriksaan obat dan makanan Departemen Kesehatan.
e.       Obat baru, adalah obat yang terdiri atau berisi suatu zat baik sebagai bagian yang berkhasiat, bahan pembantu, komponen lain yang belum dikenal, sehingga tidak diketahui khasiat dan keamanannya.
f.        Obat esensial, adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan bagai masyarakat terbanyak yang meliputi diagnosa, profilaksi terapi, dan rehabilitasi.
g.       Obat wajib apotik, adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotik.

Nama-Nama Latin Tumbuhan

Dalam biologi, tumbuhan merujuk pada organisme yang termasuk ke dalam Regnum Plantae. Di dalamnya masuk semua organisme yang sangat biasa dikenal orang seperti pepohonan, semak, terna, rerumputan, paku-pakuan, lumut, serta sejumlah alga hijau. Tercatat sekitar 350.000 spesies organisme termasuk di dalamnya, tidak termasuk alga hijau. Dari jumlah itu, 258.650 jenis merupakan tumbuhan berbunga dan 18.000 jenis tumbuhan lumut. Hampir semua anggota tumbuhan bersifat autotrof, dan mendapatkan energi langsung dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis. Karena warna hijau amat dominan pada anggota kerajaan ini, nama lain yang dipakai adalah Viridiplantae ("tetumbuhan hijau"). Nama lainnya adalah Metaphyta.

Berikut merupakan nama-nama tumbuhan yang disertai dengan nama latinnya.

Minggu, 19 Februari 2012

Statistika Farmasi

Apa Itu Statistika Farmasi ??
Secara harfiah, statistika farmasi dapat di bagi dalam dua kata, yaitu statistika dan farmasi. Statistika dapat diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara mengumpulkan fakta/data, pengolahan data, kemudian menganalisis data tersebut sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan/keputusan. Dan Farmasi adalah suatu profesi yang berkaitan dengan kesehatan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan kesehatan dan kimia. Farmasi juga adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-kegiatan di bidang penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, dan distribusi obat. Jadi, Statistika Farmasi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana cara-cara mengumpulkan fakta/data, pengolahan data, yang kemudian menganalisis sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan/keputusan yang berhubungan dengan ilmu kefarmasian itu sendiri.
Untuk Apa Statistika Dipelajari ??
Statistik sangat dibutuhkan dalam penelitian dan memiliki peranan:
1.              Statistik memungkinkan pencatatan secara lengkap dari data penyelidikan
2.             Statistik memampukan seorang peneliti untuk bekerja secara berurutan dari awal sampai akhir
3.             Statistic menyediakan cara-cara meringkas data kedalam bentuk yang lebih banyak artinya dan lebih gampang mengerjakannya
4.             Statistic memberikan dasar-dasar melalui proses-proses yang mengikuti aturan yang dapat diterima oleh ilmu pengetahuan
5.             Statistic memberikan landasan untuk meramalkan secara ilmiah tentang bagaimana sesuatu gejala akan terjadi dalam kondisi-kondisi yang telah diketahui
6.             Statistic memungkinkan peneliti menganalisa, menguraikan sebab akibat yang kompleks dan rumit yang tanpa statistic akan merupakan persoalan yang membingungkan serta kejadian yang tak teruraikan
Fungsi statistika
1.        Menggambarkan data dalam bentuk tak tentu
2.       Menyederhanakan data yang komplek menjadi data yang mudah dimengerti
3.       Merupakan teknik untuk membuat perbandingan
4.       Memperluas pengalaman individu
5.       Menentukan tingkat hubungan atau peranan antar variable
6.       Mengukur besar besaran variable
Statistika berperan dalam setiap kegiatan kehidupan. Sebagai contoh, dalam ilmu farmasi itu sendiri digunakan untuk menganailsa suatu takaran ataupun dosis yang tepat dalam membuat obat-obatan.

Farmasi Klinik

Farmasi klinik merupakan ilmu kefarmasian yang relatif  baru berkembang di Indonesia. Istilah farmasi klinik mulai muncul pada tahun 1960-an di Amerika, yaitu suatu disiplin ilmu farmasi yang menekankan fungsi farmasis untuk memberikan asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) kepada pasien, bertujuan untuk meningkatkan outcome pengobatan. Secara filosofis, tujuan farmasi klinik adalah untuk memaksimalkan efek terapi, meminimalkan risiko, meminimalkan biaya pengobatan, serta menghormati pilihan pasien. Saat ini, disiplin ilmu tersebut semakin dibutuhkan dengan adanya paradigma baru tentang layanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien. Tenaga farmasi yang bekerja di rumah sakit dan komunitas (apotek, puskesmas, klinik, balai pengobatan dan dimanapun terjadi peresepan ataupun penggunaan obat), harus memiliki kompetensi yang dapat mendukung pelayanan farmasi klinik yang berkualitas. Hal ini berdampak pada perubahan kurikulum pendidikan farmasi di hampir semua negara termasuk Indonesia, untuk menyesuaikan dengan kebutuhan akan kompetensi tersebut.

a. Sejarah perkembangan farmasi klinik

Istilah farmasi klinik pertama kali muncul di Amerika sekitar tahun 1960. Disiplin ilmu ini muncul berawal dari ketidakpuasan masyarakat terhadap praktek pelayanan kesehatan. Agar lebih jelas berikut ini diuraikan perkembangan profesi kefarmasian yang telah mengalami beberapa kali perubahan, dibagi menjadi 3 periode yaitu :

1)      Periode tradisional (sebelum tahun 60- an)

Dalam periode ini fungsi farmasis adalah menyediakan, membuat/meracik, dan mendistribusikan produk berkhasiat obat. Tenaga farmasi sangat dibutuhkan di apotek sebagai peracik obat. Periode ini mulai mulai goyah saat terjadi revolusi industri dimana terjadi perkembangan pesat di bidang industri tidak terkecuali industri farmasi. Ketika itu sediaan obat jadi dibuat oleh industri farmasi dalam jumlah besar-besaran. Dengan beralihnya sebagian besar pembuatan obat oleh industri maka fungsi dan tugas farmasis berubah. Dalam pelayanan resep dokter, farmasis tidak lagi banyak berperan pada peracikan obat karena obat yang tertulis di resep sudah bentuk obat jadi yang tinggal diserahkan kepada pasien. Dengan demikian peran profesi kefarmasian makin menyempit.

2)      Tahap transisional ( 1960-1970 )

Pada periode ini terjadi banyak perkembangan antara lain: ilmu kedokteran cenderung semakin spesialistis serta ditemukannya obat-obat baru yang lebih efektif. Seiring dengan semakin pesatnya jumlah obat,  semakin meningkat pula permasalahn yang timbul terkait penggunaan obat yaitu munculnya masalah kesehatan akibat efek samping obat, interaksi antar obat, teratogenesis dll. Selain itu biaya kesehatan semakin meningkat akibat penggunaan teknologi canggih di bidang kesehatan yang sangat mahal, meningkatnya permintaan pelayanan kesehatan secara kualitatif maupun kuantitatif, disertai dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat untuk pelayanan medis dan farmasi yang bermutu tinggi. Kecenderungan tersebut mengakibatkan adanya suatu kebutuhan yang meningkat terhadap tenaga profesional yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai pengobatan yang tidak lain adalah farmasis (apoteker). Akibat situasi tersebut akhirnya  muncullah istilah pelayanan farmasi klinik.

3)      Periode “Masa Kini” (dimulai tahun 1970)

Pada periode ini mulai terjadi pergeseran paradigma yang semula pelayanan farmasi berorientasi pada produk, beralih ke pelayanan farmasi yang berorientasi lebih pada pasien. Farmasis ditekankan pada kemampuan memberian pelayanan pengobatan rasional. Terjadi perubahan yang mencolok pada praktek kefarmasian khususnya di rumah sakit, yaitu dengan ikut sertanya tenaga farmasi di bangsal dan terlibat langsung dalam pengobatan pasien. Karakteristik pelayanan farmasi klinik di rumah sakit adalah :

  1. Berorientasi kepada pasien
  2. Terlibat langsung di ruang perawatan di rumah sakit (bangsal)
  3. Bersifat pasif, dengan melakukan intervensi setelah pengobatan dimulai dan memberi informasi bila diperlukan
  4. Bersifat aktif, dengan memberi  masukan kepada dokter sebelum pengobatan dimulai, atau menerbitkan buletin informasi obat atau pengobatan
  5. Bertanggung jawab atas semua saran atau tindakan yang dilakukan
  6. Menjadi mitra dan pendamping dokter.

Dalam sistem pelayanan kesehatan  pada konteks farmasi klinik, farmasis adalah ahli pengobatan dalam terapi. Mereka bertugas melakukan evalusi pengobatan dan memberikan rekomendasi pengobatan, baik kepada pasien maupun tenaga kesehatan lain. Farmasis merupakan sumber utama informasi ilmiah terkait dengan penggunaan obat yang aman, tepat dan cost effective.

b. Farmasi Klinik di Indonesia

Di Indonesia, praktek pelayanan farmasi klinik baru berkembang pada tahun 2000- an, dimulai dengan adanya beberapa farmasis yang belajar farmasi klinik di berbagai institusi pendidikan di luar negeri. Seperti halnya di luar negeri, konsep pelayanan farmasi klinik tidak dengan mudah diterima oleh tenaga kesehatan lain di rumah sakit. Masih dianggap ganjil jika farmasis yang semula berfungsi menyiapkan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit kemudian ikut masuk ke bangsal perawatan dan memantau perkembangan pengobatan pasien. Apalagi bila ikut memberikan rekomendasi pengobatan, seperti yang sekarang lazim dilakukan di negara maju seperti Amerika, Australia, dan Inggris. Dari farmasis sendiri, selama ini terkesan kurang yakin atau kurang percaya diri untuk bisa memainkan peran dalam pengobatan. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh sejarah kurikulum pendidikan farmasi dengan muatan sains yang masih cukup besar (sebelum tahun 2001), sementara pendidikan ke arah klinik masih sangat terbatas, Hal ini menyebabkan farmasis merasa gamang bicara tentang penyakit dan pengobatan.

Perkembangan farmasi klinik di Indonesia mulai mendapat angin segar pada tahun 2001, ketika terjadi restrukturisasi pada Departemen Kesehatan di mana waktu itu dibentuk Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, dengan Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik di bawahnya. Badan tersebut mengakomodasi pekerjaan kefarmasian sebagai salah satu pelayanan kesehatan utama, tidak sekedar sebagai penunjang. Peran dan fungsi tenaga farmasi pada praktek kefarmasian semakin jelas dengan dikeluarkannya Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 sebagai pengganti UUK No. 23 tahun 1992, serta dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian.

Sumber : Dari Berbagai Sumber