Untuk itu sebuah satelit yang bernama Gravity Probe (GP) B
telah diluncurkan pada hari Senin 19 April 2004 pukul 10:01 pagi waktu Pasifik
dari Markas Angkatan Udara AS Vandenberg, California Selatan. Proyek yang telah
mengalami penundaan bertahun-tahun ini bernilai 700 miliun dollar AS. Satelit
ini diluncurkan dengan satu tujuan
Tujuan utama dari eksperimen ini adalah untuk menguji
kebenaran premis utamanya tentang medan ruang dan waktu yang Einstein ajukan
sebagai dasar dari teori relativitas umumnya. Satelit GP B yang terdiri dari
teleskop dan sistem giroskop ini akan mengelilingi bumi dari kutub utara ke
selatan dengan ketinggian 640 km sampai dua tahun. Satelit dengan peralatan
yang sangat canggih ini diharapkan bisa mendeteksi pengaruh geometri medan
ruang dan waktu di sekitar daerah pengaruh massa bumi
Tulisan ini akan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama akan
mengakrabkan pembaca dengan teori relativitas umum Einstein, fenomena alam yang
diprediksikan sebagai akibat dari teori ini dan eksperimen yang telah dilakukan
sebagai konfirmasi prediksi tadi. Bagian kedua membahas lebih jauh eksperimen
yang sedang dilakukan dalam proyek GP B untuk membuktikan klaim tentang medan
ruang dan waktu.
- Dua
kejanggalan dalam teori gravitasi Newton
Gravitasi adalah fenomena yang dekat sekali dengan kehidupan
kita. Setiap orang bisa merasakannya. Gaya ini bisa dirasakan dan dilihat dalam
berbagai bentuk yang berbeda. Ketika kita melenggang pada jalan menurun,
tarikan gravitasi akan mempercepat langkah kita. Hal lain yang sangat jelas
bagi kita adalah setiap benda yang dilemparkan pasti akan jatuh ke tanah. Namun
demikian baru ditahun 1687 gravitasi ini bisa dijelaskan dan dirumuskan ke
dalam persamaan matematika sederhana. Orang pertama yang sanggup menjelaskannya
adalah Sir Issac Newton.
Fisikawan berkebangsaan Inggris ini, berhasil mengungkapkan
mekanisme bagaimana dua object bermassa yang berinteraksi dalam gaya
tarik-menarik gravitasi. Matahari di dalam solar sistem kita, menurut teori
ini, memiliki gaya tarik yang sangat besar jangkauannya sehingga bisa menarik
benda-benda angkasa yang bermassa relatif lebih kecil seperti planet, komet,
dan asteroid dan melayang pada orbitnya.
Baru kemudian di awal abad 20 Einstein menemukan kejanggalan
dalam teori gravitasi Newton. Kejanggalannya terletak pada ketidakcocokan teori
gravitasi Newton dengan teori relativitas khusus yang diajukan Einstein pada
tahun 1905.
Dalam teori relativitas khususnya, Einstein berusaha agar
teori relativitas khususnya konsisten dengan teori electromagnetik Maxwell.
Akibatnya Einstein tiba pada klaim bahwa cahaya memiliki kecepatan sebesar
299,792 km per detik. Bukan hanya itu Einstein mengatakan bahwa kecepatan ini
adalah kecepatan absolut. Artinya benda atau energi lain bisa bergerak
mendekati kecepatan ini tetapi tidak akan pernah melebihi kecepatan cahaya.
Einstein juga melihat ada prinsip fisika lain yang tidak bersesuaian dengan
teori gravitasi Newton. Prinsip ini dikenal dengan prinsip ekuivalen.
Newton sendiri tidak mengindikasikan bagaimana gaya gravitasi
bekerja. Ia hanya mengatakan bahwa gravitasi adalah satu gaya yang ÁÔudah dari
sananya¡¦dibawa oleh benda bermassa. Menurut Newton, sebuah benda bermasssa
akan mengerjakan gaya tarik kepada benda bermassa lain yang berada dalam
jangkauan gaya gravitasi benda yang bermassa lebih besar. Gaya tarik gravitasi
itu bekerja dan menjelajah ruang hampa diantara dua benda tadi dalam waktu
sesaat.
Hal ini bertentangan dengan klaim Einstein bahwa tidak ada
energi maupun massa yang bisa memiliki kecepatan melebihi kecepatan cahaya.
Mengingat jangkauan gaya gravitasi yang mencapai ribuan bahkan jutaan
kilometer, maka gaya gravitasi tidaklah mungkin menjelajah angkasa luar dalam
waktu yang singkat. Jika gaya gravitasi bergerak dengan cara yang sama seperti
cahaya bergerak, maka Einstein berkesimpulan kecepatan gaya gravitasi bekerja
juga tidak boleh melebihi kecepatan cahaya. Dengan jarak jangkauan yang jauh
maka jelas gravitasi memerlukan waktu yang panjang untuk menjelajah ribuan
bahkan jutaan kilometer.
Ambil saja perjalanan cahaya dari Matahari sampai ke
planet-planet dalam tata surya. Untuk bumi yang berjarak rata-rata 150 ribu
kilometer dari matahari, cahaya yang kita nikmati di bumi ini memerlukan waktu
sekitar 8,3 menit untuk tiba dibumi setelah dipancarkan dari permukaan
matahari. Sedangkan untuk planet Pluto yang berjarak sekitar 5940 juta kilometer
dari matahari, cahaya membutuhkan waktu sekitar 5,5 jam untuk tiba
disana.
Namun demikian dengan teori gravitasi Newton bentuk dan orbit
planet-planet dalam tata surya bisa diprediksikan dengan tepat meskipun
perhitungan dilakukan dengan anggapan bahwa gaya gravitasi bekerja dengan
sesaat. Jika gravitasi bekerja tidak dalam waktu sesaat, sesuai dengan
relativitas khusus Einstein, maka orbit planet ini harus mengalami koreksi.
Tetapi jika koreksi Einstein dimasukkan, maka koreksi ini justru memberikan
hasil prediksi orbit planet yang tidak sesuai dengan data astronomi.
Pertimbangan ini membuat Einstein menyimpulkan adanya mekanisme dalam teori
gravitasi yang belum dijelaskan oleh Newton.
Kejanggalan kedua yang Einstein temukan berhubungan dengan
prinsip ekuivalen. Secara sederhana prinsip ini menggambarkan bahwa semua hukum
fisika akan berperilaku sama dalam kerangka acuan mana saja, baik dalam
kerangka diam, dalam kerangka yang berjalan dengan kecepatan konstan maupun
dengan laju kecepatan yang positif.
Misalkan kita berada dalam sebuah pesawat ruang angkasa yang
berada di ruang hampa dan pesawat itu bergerak ke atas dengan laju kecepatan
yang sama dengan laju kecepatan gravitasi bumi yaitu 9,8 meter per detik
kuadrat. Jika ada sebuah buku yang melayang dalam pesawat itu, maka buku itu
akan bergerak menuju lantai pesawat dengan laju kecepatan yang sama pula: 9,8
meter per detik kuadrat. Jika buku dengan berat yang sama dilepaskan dari
ketinggian tertentu di bumi dalam pengaruh gravitasi bumi, maka buku itu pasti
akan jatuh bumi dengan laju kecepatan yang sama pula.
Hal penting yang bisa disimpulkan dari percobaan sederhana di
atas adalah bahwa gerak buku di dalam pesawat dan gerak buku ketika jatuh di
permukaan bumi tidak bisa dibedakan. Apakah buku tadi jatuh karena ditarik
gravitasi bumi ataukah hanya sekedar bergerak dengan laju kecepatan yang sama
dengan gravitasi bumi. Dengan kata lain gravitasi bisa diciptakan maupun
dihilangkan hanya dengan memandang dari kerangka acuan yang berbeda. Jika
demikian mungkinkah buku tadi jatuh karena ditarik bumi ataukah sebaliknya
permukaan bumi yang bergerak keatas kearah buku tadi dengan laju kecepatan yang
sama dengan gravitasi bumi.
- Konsep
ruang dan waktu yang revolusioner
Kedua kejanggalan ini merupakan kunci bagi Einstein untuk
tiba pada konsep gravitasi baru yang revolusioner. Setelah sepuluh tahun
bergulat dengan kedua masalah ini, pada tahun 1916 Einstein muncul dengan teori
gravitasi baru yang didasarkan pada cara pandang terhadap ruang dan waktu yang
sama sekali berbeda dengan cara pandang Newton. Jikalau Newton memandang ruang
angkasa sebagai ruang yang kosong, Einstein menganggap ruang angkasa tersebut
terbuat dari anyaman medan ruang dan waktu. Teori gravitasi baru ini lebih
dikenal dengan nama teori relativitas umum.
Jikalau Newton menyarikan teori gravitasi dalam sebuah
persamaan saja, Einstein menyarikannya dalam 16 buah persamaan di dalam sebuah
persamaan matematik yang ditulis dengan notasi yang dikenal sebagai tensor.
Persamaan tadi menghubungkan geometri ruang dan waktu dengan massa dan
energi.
Medan ruang dan waktu adalah medan 4-dimensi, tiga dimensi
berasal dari ruang dan satu dimensi berasal dari waktu. Bentuk susunan anyaman
ruang dan waktu ini sangat dipengaruhi oleh distribusi massa atau energi yang
berada di dalam medan 4-dimensi ini. Benda angkasa seperti matahari akan
melekukkan medan ini. Efek lekukannya bisa dibayangkan seperti lekukkan
permukaan kasur karet yang disebabkan oleh bola bowling di atasnya. Sebagai
perhatian, gambaran lekukan kasur dua dimensi ini hanyalah untuk
menyederhanakan gambaran lekukan 4-dimensi yang sulit dibayangkan. Fenomena ini
lebih dikenal sebagai warped space time atau ruang-waktu yang terlekuk.
Dalam konsep ini, semakin besar massa benda semakin luas efek
lekukan yang terjadi. Karena matahari memiliki massa yang cukup besar, maka
efek lekukan medan ruang dan waktu memiliki jangkauan yang jauh menjangkau
planet, asteroid atau benda-benda angkasa yang bermassa lebih kecil lainnya.
Gerakan planet-planet yang mengorbit matahari bisa dimengerti bukan sebagai
efek gaya tarik matahari melainkan karena planet-planet ini bergerak mengikuti
kontur medan ruang dan waktu yang terlekuk di sekitar matahari.
Dua tahun setelah Einstein mengajukan teorinya tentang medan
ruang dan waktu, pada tahun 1918 dua fisikawan berkebangsaan Austria, Joseph
Lense dan Hans Thirring, meprediksikan bahwa benda bermassa bisa merubah bentuk
medan ruang dan waktu dengan cara yang lain. Mereka mengajukan bahwa setiap
planet atau bintang yang berputar pada porosnya akan menyeret anyaman medan
ruang dan waktu ke arah kemana planet dan bintang itu berputar. Fenomena ini
dikenal sebagai seretan kerangka atau frame-dragging.
Bisa jadi Einstein benar, tetapi tidak berarti bahwa teori
gravitasi Newton sama sekali salah. Apakah setelah kita memiliki teori gravitasi
ala Einstein lalu teori gravitasi Newton bisa ditinggalkan? Tidak! Keduanya
harus sama-sama dipegang untuk bisa mengerti alam semesta ini dan
fenomena-fenomena di dalamnya. Teori Einstein memang memberikan pengertian kita
yang lebih akurat terhadap alam semesta. Namun demikian sampai teori Einstein
bisa diuji kebenarannya di lapangan, barulah kita bisa menerima teori ini
sepenuhnya.
- Test
yang telah dilakukan
Ketika mengajukan teorinya Einstein paham benar bahwa orang
akan meminta bukti lapangan untuk bisa menerima teori relativitas umumnya. Oleh
karena itu ia mengajukan tiga fenomena alam semesta yang bisa dijelaskan dengan
menggunakan teori relativitas umum: melekuknya lintasan cahaya, gerak presisi
perihelion planet Merkuri, dan pergeseran warna merah akibat gravitasi.
Premis utama relativitas umum adalah bahwa semua materi dan
energi dipengaruhi oleh medan ruang dan waktu yang terlekuk. Lintasan cahaya
termasuk ke dalam kategori ini, sehingga bisa berjalan dalam garis lengkung.
Cahaya yang berasal dari bintang yang sangat jauh dan terdeteksi oleh teleskop
di permukaan bumi mungkin mengalami fenomena ini. Apalagi ketika cahaya itu
melintas berdekatan dengan matahari. Gravitasi matahari yang cukup besar oleh
Einstein diprediksikan membelokkan cahaya sejauh 1,75 detik arc. Satu detik arc
sama dengan satu per per tiga ribu enam ratus derajat.
Untuk mengamati fenomena ini, pengamatan harus dilakukan
ketika sebuah bintang menempati lokasi yang dekat dengan matahari. Tetapi dalam
kondisi seperti ini cahaya matahari akan menutupi cahaya bintang tersebut.
Karenanya pengamatan harus dilakukan pada saat gerhana matahari total. Pada 29
Mei 1919 Sir Arthur Edington memimpin ekspedisi ke Afrika untuk pengamatan
sinar bintang saat gerhana matahari total terjadi. Pada 6 November 1919,
konfirmasi pembelokan lintasan cahaya yang diprediksikan Einstein dalam
ketelitian sekitar 20 persen diumumkan ke dunia. Di antara tahun 1969 sampai
1975 sebanyak dua belas pengamatan dilakukan dengan menggunakan gelombang radio
dan menghasilkan pengukuran dengan ketelitian satu persen dibanding dengan
prediksi Einstein.
Sesuai dengan hukum gerak dan teori gravitasi universal
Newton, setiap planet akan bergerak mengelilingi matahari dalam lintasan orbit
elips. Posisi terdekat dan terjauh sebuah planet dari matahari dalam lintasan
tersebut masing-masing dikenal sebagai perihelion dan apehelion. Jika hanya
satu planet yang mengelilingi matahari maka lintasan elips tadi tidak akan
berubah, namun karena ada lebih dari satu planet dalam tata surya,
planet-planet lain juga memberikan pengaruh gravitasinya yang relatif kecil
kepada salah satu planet. Akibatnya orbit sebuah planet dalam tata-surya kita
tidaklah statis melainkan bergerak berputar (berpresisi) terhadap
Matahari.
Dari pengamatan yang dilakukan bertahun-tahun, titik
perihelion planet merkuri mengalami total presisi sejauh 574 arc detik setiap
satu abad. Namun teori gravitasi Newton hanya memberikan 531 arc detik. Itu
berarti masih ada perbedaan sebanyak 43 arc detik. Tidak sedikit alasan yang
diajukan untuk menjelaskan angka 43 arc detik ini namun tidak ada yang berhasil
menyempurnakan prediksi dengan teori gravitasi Newton ini. Namun dengan teori
gravitasinya, Einstein sanggup menjelaskan perbedaan 43 arc detik dan dengan
demikian menghasilkan angka yang sesuai dengan data astronomy lapangan.
Fenomena terakhir yang diajukan oleh Einstein berhubungan
dengan hilangnya sebagian energi cahaya ketika sebuah berkas cahaya keluar dari
medan gravitasi sebuah benda angkasa. Ketika sebuah berkas sinar kehilangan
sebagian energi, panjang gelombangnya berubah menjadi lebih panjang
mengakibatkan warna cahaya tersebut akan bergeser ke arah warna merah. Itulah
sebabnya fenomena ini disebut sebagai pergeseran warna merah akibat medan
gravitasi.
Eksperimen terkenal untuk membuktikan prediksi ini dilakukan
oleh R.V. Pound dan G.A. Rebka di universitas Harvard pada tahun 1959 dengan
menggunakan teknik yang disebut sebagai efek Mossbauer. Sinar gamma yang
dihasilkan oleh elemen radioaktif kobalt dipancarkan dari lantai dasar
laboratorium fisika Jefferson di kampus itu. Melalui lubang yang didesain
mencapai tingkat teratas laboratorium setinggi 22.5 meter menghasilkan
konfirmasi perbedaan frekuensi cahaya yang dihasilkan.
Sebuah tes yang lebih akurat dari percobaan di atas adalah
yang dilakukan oleh Gravity Probe A (GP A), percobaan yang menggunakan roket,
di tahun 1976. Dalam percobaan ini, sebuah jam yang menggunakan cahaya
maser-hidrogen dilepaskan dengan menggunakan roket Vessot-Levine. Frekuensi jam
ini dibandingkan dengan frekuensi yang terdapat di bumi dan menunjukkan
perbedaan yang sesuai dengan prediksi teori relativitas umum Eistein.
Sebenarnya ada fenomena lain yang ditemukan oleh fisikawan
yang bernama I.I. Saphiro dari universitas Harvard di tahun 1964. Selain
mengakibatkan lambatnya waktu berlalu, medan gravitasi juga mengakibatkan
semakin memendeknya dimensi panjang yang berarti semakin melambatnya kecepatan
cahaya jika berada dalam medan gravitasi. Di tahun 1970, I.I. Saphiro melakukan
percobaan dengan signal radar yang dipancarkan dari bumi dan dipantulkan oleh
planet Venus dan kembali ke bumi. Melalui eksperimen ini, Saphiro mencatat
perlambatan cahaya sebanyak 240 perjuta detik. Hasil ini cocok dengan
perhitungan Einstein dengan akurasi 3%.
Melihat hasil pengamatan lapangan yang telah dilakukan, sebenarnya
masih menyisakan pekerjaan rumah bagi para fisikawan untuk mebuktikan kebenaran
teori Eistein. Itulah sebabnya proyek Gravity Probe B (GP B) dibuat dan
membutuhkan sekitar 40 tahun untuk merampungkan persiapannya dan akhirnya
meluncurkannya.
Semoga Bermanfaat